Sekedar Memenuhi Hasrat

Sabtu, 27 April 2013 – Pukul 18.37

Ada getaran-getaran hati yang menggejolak dari dalam diri. Seolah bosan dengan keadaan sekitar, naluri ingin keluar, menikmati malam hanya untuk beristirahat sudah terlalu mainstream. Sambil mengintip isi dompet, dan serasa cukup. Akhirnya saya putuskan malam itu untuk touring tengah malam, tak perlu jauh-jauh, Madiun saya rasa cukup untuk main putar balik. Yaa.. beginilah bismania, entah tujuan kemana, yang terpenting adalah the glory of the journey.

Setelah selesai packing peralatan, pukul 20.10 saya berangkat menuju terminal Arjosari. Pukul 20.45 memasuki ruang tunggu terminal Arjosari, bus AKDP jurusan surabaya adalah tujuan saya. Jalur Patas diisi oleh Kalisari New Trav dari Morodadi Prima, sedangkan ekonomi ada Restu non-AC Setra New Armada. Suasana sepi, mengingat jam sibuk sudah berlalu, kedua bis tersebut cukup lama ngetem dijalurnya. Hingga pukul 21.03, ada pergerakan dari kru Patas Kalisari menandakan bahwa bus akan berangkat. Bergegas saya naik si Kalisari yang hanya berisi 7 orang, “bis’e glondangan mas, padahal yo malem mingguan..”, ucap kondektur pada sang sopir. Sambil membalaskan senyum, pak sopir memutar kemudi dan bis pun bergerak keluar Arjosari. Kali ini hot seat saya dapatkan dan 2 seat tersebut saya isi seorang diri, terasa seperti bis pribadi.. hehehe.. Pak sopir ini lumayan sess, meski hanya membawa penumpang tak lebih dari 10 orang, Mercedes Benz seri OH 1521 beliau pacu lumayan kencang. Ditambah suspensi 1521 yang terkenal empuk, semakin menambah mantapnya goyangan si Kalisari. Seusai menebus tiket seharga 20.000, saya rebahkan badan dan mencoba menikmati the glory of journey malam itu.

Memasuki daerah singosari, melongok dari kanan si Restu non-AC tadi. Entah mengalah atau bagaimana, tak ada gelagat dari pak sopir untuk mengejar. Hingga akhirnya si Restu hilang dari pandangan ditengah padatnya lalin malam itu. Pukul 21.18, pasar lawang, tampak si Restu sedang panen penumpang disana. Kalisari mendekat perlahan namun tak mendahului, celah sempit akibat pasar tumpah. Mulailah  kedua armada ini saling mendekat satu sama lain, saling mendahului, lampu jauh tersorot, suara klakson tak henti  berbunyi seolah meminta kendaraan lain untuk minggir. Kalisari dan Restu membelah kesunyian malam itu. Meski pada akhirnya si Restu harus mengakui perbedaan kelas diantaranya. Terminal Pandaan berhasil membuat Kalisari melesat didepan.

Masuk jalan tol Gempol-Waru, Kalisari kembali berhadapan dengan 1 armada Pariwisata. Tak lama beriringan memecah rombongan truk-truk, si Pariwisata memberi ruang kepada Kalisari untuk mendahului. Pukul 22.13, sudah masuk medaeng, tak ada kepadatan berarti di persimpangan ini seperti yang biasa terjadi. Pas pukul 22.15, Kalisari masuk terminal Purabaya (Bungurasih). 1 jam 12 menit untuk Malang-Surabaya, waktu yang lumayan cepat. Joss…

Seperti biasa, malam weekend di terminal Purabaya pasti akan padat penumpang. Jalur bus jurusan Madiun-Solo-Jogja adalah target saya berikutnya. Sengaja saya tunggu waktu tengah malam, menanti sampai penumpang agak longgar. Saat duduk santai di belakang jalur madiun-solo-jogja, mata saya terpana pada salah satu armada Sumber Selamat model Discovery. Ingin rasanya mencoba model body terbaru dari Laksana itu. Tapi jam masih menunjuk setengah 11. “Ah.. kurang malam… Tapi, nanti ada discovery lagi gak ya??”, bergumam saya sendiri.

Pukul 23.45, perut tiba-tiba terasa ingin diisi, maklum tadi saya lupa untuk makan terlebih dahulu. 1 gelas mie instan siap seduh saya bayar seharga 6000 rupiah dari salah satu pedagang lesehan.

Pukul 23.50, tiba-tiba dari arah barat datang discovery dengan plat nomor W 7182 UY. “Adduh… “ panik melanda, bergegas saya habiskan mie instan tersebut. Sayang sekali, panasnya air yang terseduh membuat mulut dan tenggorokan seakan menolak. Pupus sudah harapan saya naik discovery, penumpang sudah full mengisi 7182 saat mie saya habis. Dibelakangnya kemudian parkir Sugeng Rahayu 7665 dengan body Nucleus 3.

Sugeng 7665

Sugeng 7665

Entah kenapa, kaki enggan melangkah masuk si Sugeng 7665. “Hmm.. nunggu belakangnya saja lah..”, dalam hati saya berucap.

Pukul 00.00, 7182 berangkat, 7665 maju kedepan, masuklah Sugeng Rahayu W 7006 UZ di shelter keberangkatan. Bis berhenti, pintu depan dibuka oleh salah satu mandoran, saya pun masuk kedalam kabin 7006. Model legacy dari Laksana ini memang lumayan luas interiornya. Jarak antar seat tak terlalu sempit.

Interior atas W 7006 UZ

Interior atas W 7006 UZ

Kebetulan saya duduk pas dibelakang pak sopir, sehingga kaki bisa selonjoran.

Pukul 00.30, Sugeng Rahayu 7006 bergerak meninggalkan Terminal Purabaya membawa penumpang setengah full. Inilah tujuan saya malam ini, kerinduan dengan armada PO. Selamat Group dapat terobati. PO yang cukup fenomenal dalam pelayanan dan beberapa kekhas-an yang dimiliki. Mendominasi jalur yang dilalui membuat PO ini makin dikenal masyarakat banyak. Sejak dulu, telah memberlakukan sistem KL / Kartu Langganan yang nantinya akan mendapatkan potongan harga bagi yang memiliki. Membuat PO ini semakin dicintai dan melegenda. Peremajaan armada tak henti-hentinya dilakukan, selalu saja ada yang baru.

Pukul 00.45, masuk daerah krian, air hujan mulai membasahi kaca Sugeng 7006. Wiper bergerak menghapus titik-titik air memperjelas pandangan sopir. Restu Panda jurusan Ponorogo yang melaju dilajur kiri dilalui tanpa perlawanan. Hujan semakin deras ketika masuk wilayah Mojokerto.

Pukul 01.18, bis masuk Terminal Mojokerto. Suasana sepi, cuaca kembali normal. Bis hanya berhenti membayar peron masuk dan kembali keluar.

Pukul 01.30, daerah trowulan. Innalillahi, saat si Sugeng 7006 meliuk kanan kiri memecah rombongan truk-truk tangki. Tiba-tiba kernet berteriak, “Awass.. operan operan operan!! kiriiii kiriii….” Nampak salah satu armada Sumber Selamat plat 7042 sedang mengalami musibah malam itu. Kaca depan sebelah bagian sopir tampak hancur sebagian hingga diatas headlamp. Penumpang terlihat duduk-duduk dipinggiran aspal. Sugeng 7006 melambat, sein kiri berkedip tanda akan berhenti. Semua penumpang 7042 dioper masuk, kebetulan isi 7006 saat itu tak terlalu sesak. Usai menyelesaikan urusan, kondektur dan kernet kembali masuk. Sugeng 7006 melanjutkan perjalanan.

Pukul 01.50, mojoagung. Lagi-lagi Sugeng 7006 mendapatkan operan untuk kedua kalinya. Sugeng Rahayu 7665 yang tadi berangkat pas didepan 7006 nampaknya mengalami masalah dengan mesin. Tak banyak yang dioper, hanya 10-13 orang. Kali ini bis melangkah agak berat, kabin yang lumayan full membuat pak sopir lebih berhati-hati dalam mengambil langkah.

Pukul 02.08, terminal Jombang, tak ada yang turun. Bis tak masuk terminal.

Pukul 02.30, masuk daerah Nganjuk. Lampu jauh terlihat menyoroti bagian kanan bis. Klakson menyusul berbunyi. Sumber Selamat 7033 tanpa halangan berhasil meng-asapi Sugeng 7006. “Wusss… telu-telu ta iku?” , “Iyo e…” dialog sopir dan kernet membicarakan bis yang menyalipnya tadi.

Puku 02.33, “Nganjuk minal nganjuk minal… “ kernet berteriak. Dari kejauhan terlihat 7033 masuk terminal Nganjuk, sedangkan Sugeng 7006 hanya menurunkan penumpang diseberang terminal. Tidak masuk terminal dan lanjuuuut boss… 500 meter dari terminal, Sugeng 7006 kembali bertemu Restu Ponorogo, kali ini si Panda yang bertuliskan “Reog City”. Cukup sulit kali ini sopir untuk mendahuluinya. Body JetBus HD Adiputro yang cukup tinggi, sangat terlihat kemiringannya saat bis digoyang kanan kiri.

Pukul 02.50, Panda Reog City akhirnya berhasil dilalui di Saradan.

Pukul 03.07, Sumber Selamat 7033 kembali melibas dengan gampangnya. Sepertinya penumpang 7033 tak sebanyak 7006, jadi wajar 7033 tampak lebih giat mencari penumpang.

Pukul 03.25, Alhamdulillah bis masuk Terminal Purboyo Madiun. Saya turun di tempat penurunan penumpang. Pagi hari di madiun, sepi, tak terlalu dingin namun sejuk. Mengambil langkah lemas, saya hendak menuju ruang tunggu melewati pertokoan. Sampai di ruang tunggu terminal, beberapa orang di shelter keberangkatan bus berteriak, “surabaya surabayaa… “. Membuat hati penasaran, kira-kira bis apa ini yang parkir??? Mata tertuju pada berkas cahaya lampu yang bergerak perlahan menuju shelter, sayang wujud bisnya tertutup Mira yang saat itu tidur di terminal.
Tak disangka, keberuntungan menghampiri, discovery Sugeng Rahayu W 7396 UY parkir di shelter Surabaya. Tanpa pikir panjang, saya berlari kearahnya, berharap masih ada seat yang PeWe. “Sek sek… siji mlayu…”, salah seorang teriak bermaksud menahan laju bus. Masuk lewat pintu belakang, ternyata masih longgar isinya. Hanya belasan orang berada dalam kabin. Sekali lagi, alhamdulillah hot seat masih tersedia dan saya dapatkan. “Ohh.. begini to interiornya Discovery..”, wangi kabin ini mengingatkan saat dulu pertama kali ke Jogja. Saat awal baru-barunya model Legacy tahun lalu saya coba. Tak banyak perubahan dibagian interior, sederhana namun pas dilihat.

Selama perjalanan kembali ke Surabaya, kantuk mulai menghampiri mata. Usai karcis Madiun-Surabaya saya tebus, posisi duduk agak saya turunkan. Mencoba memberi waktu untuk badan istirahat. Mata mulai merem melek dibuai nyamannya merasakan body baru (maklum kalau ndeso ya). Plus ditambah gaya pak sopir yang membawa bisnya begitu halus, tak ada hentakan setiap kali pindah gigi. Mantap lah…

Pukul 04.55, masuk terminal Jombang, bertemu Mandala ATB. Tak ada perlawanan berarti, Sugeng 7396 keluar terminal dulu.

Pukul 05.25, langit mulai menampakkan wajah terangnya. Cahaya kemerahan mulai muncul dari arah timur tanda sang Surya akan terbit memulai hari ini.

Pukul 05.55, krian Mojokerto. Terasa cahaya putih mengetuk kelopak saya untuk dibuka. “Waah.. sudah terang ternyata..”, terucap saya dalam hati, sambil mencoba melindungi mata dari sinar matahari.

Pukul 06.18, dua armada Eka tiba-tiba melintas dengan cepat saat Sugeng 7396 menurunkan penumpang di sepanjang.

Pukul 06.35, Alhamdulillah bis masuk Terminal Purabaya… Selesai sudah agenda TTM ini.

Sugeng Rahayu W 7396 UY

Sugeng Rahayu W 7396 UY

Usai turun di penurunan penumpang, saya mengarahkan badan ke barat. Mencoba mencari warung untuk sarapan pagi. Setelah mendapatkan tempat disalah satu warung, sepiring nasi pecel dan segelas air putih saya pesan.

Pukul 06.50, setelah sarapan, saya bergegas menuju shelter keberangkatan bis jurusan Malang. Disana sudah parkir armada Restu ATB dengan body JetBus HD, “okelah ikut ini…”, saya putuskan untuk naik si Panda tersebut. Tak peduli meskipun tak mendapatkan hot seat, sayapun duduk dibagian tengah.

Interior Restu ATB JetBus HD

Interior Restu ATB JetBus HD

Pukul 07.05, si Panda mulai berangkat menuju kota Malang. Kabin yang nyaman dihiasi seat dari Aldilla membuat diri benar-benar terlelap selama perjalanan.

Pukul 08.24, bangun dari tidur, ternyata sudah sampai pasar Singosari Malang.

Pukul 08.40, panda masuk terminal Arjosari. Alhamdulillah kembali terucap, sudah kembali di kota perantauan dengan selamat. Terima kasih ya Allah..

Restu Panda ATB

Restu Panda ATB

Seperti biasa, sebagai penutup.. Saya ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada Allah SWT, kedua orang tua, crew Kalisari, Sugeng Rahayu 7006 dan 7396, dan Restu Panda, serta semua pihak yang telah membantu terlaksananya TTM ini baik secara langsung maupun tidak langsung.

Tak lupa, terima kasih kepada para pembaca yang sudah mau membaca caper ini hingga selesai, mohon maaf apabila ceritanya “morat-marit”, karena memang saya bukan penulis. hehehe…

Akhir kata.. Salam Sejatinipun Seduluran..

About Saptanu

This isn't about The Destination, but it's all about The Glory of Going There.

Posted on 28 April 2013, in Blog Area. Bookmark the permalink. 2 Komentar.

  1. Zahro Karimatul Aini

    Wah, Malang-Madiun-Malang ya.. Baru baca ini..

  1. Ping-balik: 5 Etape 47 Jam | Andromeda Site

Monggo kemukakan saran, kritik dan pertanyaan jika ada.. [Dimohon disesuaikan dengan konten yang tercantum]